Pelangi

Oktober 31, 2014

Saat itu telah sekian lama. Entah mengapa aku terus merindukannya. Tapi ia seperti hilang dalam peredaran masa. Padahal setiap sore aku selalu duduk menantinya.

Sore itu aku berkutat dengan sejilid tebal buku fisika. Sehabis hujan di sebuah bangku taman di kerindangan pohon akasia. Kurasakan damainya kesejukan senja dalam gerimis yang masih menyapa. Tapi kedamaian itu terusik ketika seorang gadis datang tiba-tiba.

"Sori, Bro! Aku boleh mengganggumu sebentar?"

"Apa kau tak bisa mencari orang lain untuk diganggu selain aku?"

"Sekali lagi sori aku tak bermaksud, tapi ... "

"Tapi apa?"

"Ternyata kau tampan juga."

"Hei, tak usah coba merayuku, ya! Sebenernya maumu apa?"

"Hmm ... aku cuma ingin memotret pelangi di belakangmu itu,"

"Kau gila! Taman ini kan luas, masih banyak tempat untuk memotret."

"Tapi, Bro. Sepertinya aku bisa dapat angle paling bagus dari tempatmu duduk, deh!"

"Lagian apa sih indahnya pelangi?"

"Ayolah, Bro! Tak usah berpikiran serumit buku fisikamu itu! Bahkan keindahan pelangi pun harus kau hitung dengan rumus spektrum."

"Ya, dan kau ingin merampas kedamaianku ..."

"Stop! Keep on your side!"

Belum juga aku selesai berkata-kata, tiba-tiba gadis itu merangsek ke tempat dudukku, lututnya menopang sandaran bangku kemudian dibidikkannya kamera ke arah pelangi yang menyemburat di ufuk senja.

"Nice! Oke, Bro. Thanks ya buat waktu dan tempatnya. Eh, iya namamu siapa? Fred? Hawking? Isaac? Einstein? Atau boleh kupanggil kau Tuan Fisika."

"Namaku Lucas! Mengapa pelangi begitu penting buatmu?"

"Ya, begitulah! Karna pelangi adalah namaku."

Sejak saat itu, aku tak pernah bisa berhenti memikirkannya. Apapun ingatan tentangnya selalu mampu meningkatkan kinerja otakku. Selama berpuluh tahun, sepulang dari laboratorium aku selalu duduk di bangku ini. Menanti dan menunggunya menggangguku lagi.

Dan sore ini ...

"Hai, kaukah Lucas?"

Aku tersenyum mendengar celotehan seorang gadis kecil.

"Harusnya kau memanggilku kakek, Nona ... "

"Oh, tidak! Kau benar Lucas! Lupakah kau padaku?"

"Oh, Nona kecil. Jangan mencandai seorang kakek-kakek! Siapa ibumu? Tidakkah dia mengajarimu sopan santun?"

"Aku Pelangi, Lucas! Apakah kau tak meminum formula Antitua yang kau buat untuk kita?"

"Pelangi? Benarkah itu kau? Apakah formula itu bekerja padamu?"

"Gagal!! Tidakkah kau lihat aku malah mengecil? Terperangkap dalam tubuh berusia sepuluh tahun?"

"Bersyukurlah! Itu artinya kau masih bisa memotret indahnya pelangi sehabis hujan. Aku? Formula itu telah mengambil penglihatanku dan aku tetap menua!"

"Lucas ... sejak kapan kau mengakui keindahan pelangi?"

"Sejak pertama kali aku bertemu denganmu."

Tiba-tiba Pelangi memelukku erat.

***

Jumlah: 390 kata | prompt #68 MFF

*Sebenernya ada 2 fikmin yang melatari ff ini. Pertama BUKAN CINTA BIASA-nya Na Fatwaningrum, karna ada tokoh seorang kakek dan anak kecil, tapi kemudian berakhir pada fikmin PELANGI-nya Lianny Hendrawati.

You Might Also Like

18 komentar

  1. aku mau formula Antitua yang udah disempurnakan, hehehe. etapiii, kok rasanya janggal ya, sebelumnya nggak saling akrab, tapi tiba-tiba si Pelangi bilang "apakah kau tak meminum formula Antitua untuk kita?" yang seakan-akan nunjukin kalau mereka udah akrab.
    hehehe, itu aja, sih. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu waktunya udah selama berpuluh tahun, pertama kali ketemu pas sama2 muda. Dan bisa juga mereka bertemu beberapa kali lagi ampe mencetuskan bikin formula. Hehehe, masih ada nih formulanya, mau? ;)

      Hapus
    2. mau...!! kalo boleh, aq pgn bisa bikin ndiri. komposisinya apa aja...? ;)

      Hapus
    3. Bawang merah, ketumbar, kas-kas, kayu manis, *hayah!

      Hapus
  2. formula antituanya dapat dari mana? bagi dong. hehehe

    BalasHapus
  3. Tiap baca posting MFF, pasti ada rasa malu karena belum bisa aktif sejak gabung. Hiks..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lhah! Ayo dong, Bu! Smangat! Bu Susi harus tetap maju untuk kelautan Indonesia meskipun banyak pro dan kontra. *lhah?

      Hapus
  4. Yg juga suka pelangi1/11/14 19:50

    uhuy.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pie neh iki malah uhay uhuy! Ikhyaaaa ... :p

      Hapus
  5. Mas Andi...predikat kalimat pertama apa y? Kalau kira2 ditambah kata berlalu jadi : "Saat itu sudah berlalu sekian lama" mungkin lebih sesuai grammar. Cmmiw
    Selebihnya karyamu selalu memukau dan orisinal :)!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip! Walopun kadang gue gak butuh predikat apapun untuk nyalurin hobi nulis gue. Biar org nyebut penulis kek, blogger kek, pengetik kek, tukang sampah kek ... 《--- lhah, ki jawaban opo, neh?

      Hapus
  6. tetap saja, buatan manusia ada celahnya. tidak seperti pelangi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups! 150 buat ente, Bang! Hehehe

      Hapus
  7. Lha, yg buat fikmin malah nggak nulis, nggak ada ide hiks

    BalasHapus
  8. Ada yang hilang dalam cerita ini. Awalnya terasa janggal, seorang gadis menyapa lelaki lain dengan 'bro'. Yang terbayang di benakku adalah tokoh pria, bukan perempuan.

    Lalu, tak ada cerita di awal soal formula antitua. Tiba-tiba muncul dalam percakapan. Ditambahi lagi dengan 'fakta' bahwa formula itu sudah dibagikan juga pada Pelangi. Lho? Kok bisa tidak tahu? Katanya sudah terpisah puluhan tahun. Kok Pelangi sudah minum formulanya? Berarti mereka sudah pernah bertemu lagi dong? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks buat masukannya, Rig! I like yaaa ... hmmm

      Hapus