Filosofi Ubur - Ubur

Desember 29, 2019

Seporsi Krabby Patty telah tersaji lengkap dengan alunan Blow the Man Down di penjuru Bikini Bottom. Jalanan 123 Conch lengang. Masuk musim penghujan, biasanya ubur - ubur akan mencari tempat bertelur. Bersama seorang sahabat yang bernama Fernando Boero, seorang ilmuwan ubur - ubur berkebangsaan Italia. Dan kami berdua adalah kawan lama dari pemilik Krusty Krab ini. Yo, Kids! Tentu saja kalian mengenalnya, siapa lagi kalau bukan kepiting panggang mata duitan itu? Bhahaha, ups. Aku dan Fernando baru saja menghadiri seminar bawah laut yang membahas tentang penanggulangan sampah samudera. Dan lupakan saja tentang seminar itu kecuali kalian senang mencetus ide tapi nihil pelaksanaan.

"Crab! Tidakkah kau punya menu lain selain Krabby Patty-mu ini?" tiba - tiba Fernando berteriak.

"Oh-ho, Adakah yang salah dengan makananmu, Fernando?" jawab Mr. Crab.

"Nothing, Crab."

"Maka, makanlah. Itu pun aku rugi karena kau tak pernah membayar makananmu."

"C'mon, Crab! Perhitungan sekali kau dengan sahabat lamamu? Lagipula, aku tak setiap hari datang ke Bikini Bacem ini."

Kami tertawa. Hampir saja aku tersedak karena terlalu banyak air yang masuk ke paru - paruku. Trus, dari tadi emangnya lo napas pake apa, Bambaaangg???

"Maaf, Tuan? Maukah kau mencoba menu kreasi terbaruku?" sebuah suara dari dapur mengejutkan kami.

"Of course, Sponge."

"Hei, Sponge! Apakah kau mau meracuni teman - temanku dengan tentakel goreng Squidward?"

"Tentu saja tidak, Tuan Krab. Percaya saja dengan pegawai teladanmu ini."

Tak berapa lama kemudian, Spongebob menghampiri meja kami dengan dua gelas minuman yang berkilau.

"What is it, Sponge?"

"Bon appetit! Orange Jelly Squash with Squidward Tentacles!" kata Spongebob bersemangat tak menghiraukan Squidward yang berteriak kesakitan karena tentakelnya hilang. Psikopat memang!

Lagi - lagi kami tertawa dan aku tersedak. Dan cahaya berkilau dari minuman squash itu adalah ubur - ubur. Tentu kalian tahulah bahwa Spongebob adalah pemburu ubur -ubur. Kemudian kalian baru bisa tidur nyenyak setelah mendapat jawaban dari pertanyaan kalian, "buat apa Spongebob memburu ubur - ubur selama ini?"

”Suppose I tell you that all jellyfish are clear. Then you go to the Bikini Atoll and find 100 clear jellyfish. Can you say that my statement is true?” tanya Fernando tiba - tiba.

“No,” jawabnya sendiri, bahkan sebelum aku sempat menerjemahkan kata - katanya. “You haven’t looked at all the jellyfish in the world.”

”How about this, could you prove that all jellyfish are not clear?”

“Yes, you could find a white or blue or other colored jellyfish.”

“OK. Now I ask, “What about this statement: There’s a glowing jellyfish in the bay. Can you prove that true?"

“Yes, you could prove that if you look in the bay and you see a glowing jellyfish.”

“Right. Can you prove it false? Can you prove that there is no glowing jellyfish in the bay?”

“No, you can’t look everywhere in the bay at the same time. You can’t prove that there’s not a glowing jellyfish hiding somewhere that you aren’t looking.” Di sini aku mulai bingung. Berarti ada dua buah pernyataan yang bertentangan. Kalian bisa mengatakan "ada" tapi itu salah karena kalian tak melihat semua hal yang ada di dunia ini, atau perkataanmu benar karena belum melihat semua hal di dunia, barangkali saja memang ada. Atau bilang aja "gak ada" karena emang belum pernah lihat, kan?

“What’s the difference between the two statements? What makes it impossible to prove that all jellyfish are clear, but possible to prove that there’s a glowing jellyfish in the bay?” tanya Fernando sembari menandaskan gelasnya.

“The first statement can be for anywhere. But the second one is for the bay only.” Jawabku mantap.

Fernando tersenyum mendengar jawabanku. Kemudian melempar pandangannya ke luar restoran.

Inti dari semua ini adalah untuk memahami bahwa pernyataan tentang alam semesta tak dapat dibuktikan, tetapi pernyataan tentang domain tertentu -juga bisa disebut pernyataan eksistensial- bisa. Aku harus memikirkan ide ini untuk sementara waktu setelah Fernando pertama kali memberitahuku tentang hal itu. Alasanku benar-benar ingin memahami perbedaan antara pernyataan universal dan eksistensial adalah karena Fernando memiliki teori bahwa perbedaan ini membantu menjelaskan mengapa publik tidak mempercayai para ilmuwan, khususnya ilmuwan biologi.

Fisikawan dapat membuat pernyataan universal: Alam semesta memuai. Semua benda tertarik satu sama lain sesuai dengan massa dan jarak di antara mereka. Semua bintang akhirnya meledak, dan demikian pula Matahari kita suatu hari. Pernyataan-pernyataan ini bersifat universal. Itu memuaskan. Ada kenyamanan dalam jawaban yang pasti, bahkan jika mereka memprediksi akhir tata surya kita sekalipun.

Di sisi lain, pernyataan biologis cenderung tentang domain tertentu. Mereka memiliki klausa dan pengecualian. Mereka mengatakan apa yang ada di tempat tertentu atau pada waktu tertentu atau dalam kondisi tertentu: ubur-ubur ungu di teluk. Biologi dapat memberi tahu Anda bahwa di Mediterania, the mauve stringer biasanya berputar dengan interval kira-kira 12 tahun, tetapi belakangan ini frekuensinya telah melonjak; dalam jumlah ubur-ubur Arktik meningkat selama beberapa tahun, tetapi kemudian jatuh; tahun kejayaan untuk ubur-ubur raksasa di Jepang dulu terjadi sekali satu generasi, sampai abad ini. Sangat sulit -mungkin mustahil- bagi ahli biologi untuk membuat pernyataan universal: populasi ubur-ubur meledak. Setiap spesies di planet ini ada karena serangkaian tekanan evolusi unik yang membentuknya seperti sekarang ini. Tidak ada dua spesies yang memiliki cerita yang sama.

Senja menyeruak sampai ke kedalaman Bikini Bottom. Tapi tak ada yang bisa menyeruak sampai ke kedalaman hati. Walaupun hati terlihat lunak seperti ubur -ubur, tapi di pemilik yang lain mungkin ia keras seperti batu karang.

You Might Also Like

2 komentar

  1. Hm, nggak di tivi nonton Spongebob gegara si bungsu masih suka nonton ... eh nyampe di sini juga yang ada ke-absurd-an Spongebob. :D

    Pa kabar nih, masih ngeblog ya ternyata :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih, Bu ... cuma gk istiqomah. :(

      Hapus