27 Maret
Oktober 10, 2013
Kota sampah dulu bernama Jakarta. Kota ini pernah menjadi ibukota Indonesia. Beberapa tahun lalu, sebelum ibukota dipindah ke Samarinda. Proyek pemindahan mesti membumihanguskan jutaan hektar hutan, sebelum kemudian dijadikan kota metropolitan. Begitulah penjelasan dari pemandu wisataku sebelum aku terpisah dari rombongan.
Aku berjalan. Menyusuri jalanan beraspal tebal. Mungkin tebalnya sudah sampai beberapa meter. Bahkan suatu unsur yang bernama tanah menjadi sejarah kota ini. Wisata Kota Sampah adalah wisata museum terbuka. Di sini terlihat tumpukan mobil mewah di sepanjang jalan. Atau barang-barang elektronik yang menggunung di kanan kiri jalan. Ada juga komplek bangunan yang mungkin dulunya adalah toko.
Aku berada di ujung jalan, ketika kudapati temaram lampu dari dalam sebuah toko. Kulihat plang besi berkarat yang tulisannya hampir mengelupas.
Aku berjalan. Menyusuri jalanan beraspal tebal. Mungkin tebalnya sudah sampai beberapa meter. Bahkan suatu unsur yang bernama tanah menjadi sejarah kota ini. Wisata Kota Sampah adalah wisata museum terbuka. Di sini terlihat tumpukan mobil mewah di sepanjang jalan. Atau barang-barang elektronik yang menggunung di kanan kiri jalan. Ada juga komplek bangunan yang mungkin dulunya adalah toko.
Aku berada di ujung jalan, ketika kudapati temaram lampu dari dalam sebuah toko. Kulihat plang besi berkarat yang tulisannya hampir mengelupas.
JENDELA DUNIA 2013
"Sudahlah! Kamu jual aja toko ini padaku! Toh isinya cuma kertas-kertas bekas."
"Kau sama saja dengan para koruptor. Cuma ingin mengeruk keuntungan untuk perutmu sendiri."
"Huh! Dasar orang tua bodoh!"
BRAAAKK!
Sepertinya terjadi perkelahian di dalam toko.
DOORRR!
Terdengar suara tembakan. Reflek aku mendobrak pintu yang tak terkunci. Kulihat pemandangan yang mengerikan. Seorang kakek dengan ujung senapan yang berasap. Seorang lelaki berbaju pejabat tergeletak dengan lubang peluru di dahinya. Dan lembaran kertas-kertas berjilid tersusun rapi di sepanjang rak dinding.
"Masuklah!" kata kakek itu.
Aku mencoba tenang walaupun rasa takut menyergapku. Bagaimana kalau kakek ini menembakku juga?
"Cuma itu yang dapat kuselamatkan," katanya sambil menunjuk rak dinding, "buku-buku itu!"
Aku tak mengerti. Apa yang diselamatkan? Mungkin dia hanya seorang kolektor barang kuno.
"Kamu tau? Cuma itu yang tersisa dari hutan Indonesia. Tanaman pangan yang tumbuh dengan media bubur kertas akan memiliki kualitas terbaik daripada tanaman yang tumbuh lewat media kultur jaringan."
"Ke ... kenapa bisa begitu?" tanyaku memberanikan diri.
"Karna serat-serat kertas diperoleh dari hasil olahan kayu yang saat ini sangat langka dan banyak dicari!"
Aku tersenyum. Ketakutan pun berangsur reda. Kurasa aku menemukan seorang pemandu sejarah.
"Manusia adalah satu-satunya makhluk yang menebang pohon di hutan, kemudian membuat kertas dari pohon itu dan menuliskan kata-kata SELAMATKAN HUTAN! di atas kertas itu!"
Dia menatapku sayu.
"Dan yang paling penting, buku adalah jendela dunia. Walaupun di era digital sekarang ini, manusia tak lagi mengenal apa itu buku. O, ya! Siapa namamu?" tanya kakek itu.
"Melati." jawabku.
Kakek itu berdehem. Kemudian berjalan ke arah rak dan mengambil sebuah jilidan kertas yang baru kutahu namanya buku. Dia mendekatiku dan memberikan buku itu padaku.
"Kau sama saja dengan para koruptor. Cuma ingin mengeruk keuntungan untuk perutmu sendiri."
"Huh! Dasar orang tua bodoh!"
BRAAAKK!
Sepertinya terjadi perkelahian di dalam toko.
DOORRR!
Terdengar suara tembakan. Reflek aku mendobrak pintu yang tak terkunci. Kulihat pemandangan yang mengerikan. Seorang kakek dengan ujung senapan yang berasap. Seorang lelaki berbaju pejabat tergeletak dengan lubang peluru di dahinya. Dan lembaran kertas-kertas berjilid tersusun rapi di sepanjang rak dinding.
"Masuklah!" kata kakek itu.
Aku mencoba tenang walaupun rasa takut menyergapku. Bagaimana kalau kakek ini menembakku juga?
"Cuma itu yang dapat kuselamatkan," katanya sambil menunjuk rak dinding, "buku-buku itu!"
Aku tak mengerti. Apa yang diselamatkan? Mungkin dia hanya seorang kolektor barang kuno.
"Kamu tau? Cuma itu yang tersisa dari hutan Indonesia. Tanaman pangan yang tumbuh dengan media bubur kertas akan memiliki kualitas terbaik daripada tanaman yang tumbuh lewat media kultur jaringan."
"Ke ... kenapa bisa begitu?" tanyaku memberanikan diri.
"Karna serat-serat kertas diperoleh dari hasil olahan kayu yang saat ini sangat langka dan banyak dicari!"
Aku tersenyum. Ketakutan pun berangsur reda. Kurasa aku menemukan seorang pemandu sejarah.
"Manusia adalah satu-satunya makhluk yang menebang pohon di hutan, kemudian membuat kertas dari pohon itu dan menuliskan kata-kata SELAMATKAN HUTAN! di atas kertas itu!"
Dia menatapku sayu.
"Dan yang paling penting, buku adalah jendela dunia. Walaupun di era digital sekarang ini, manusia tak lagi mengenal apa itu buku. O, ya! Siapa namamu?" tanya kakek itu.
"Melati." jawabku.
Kakek itu berdehem. Kemudian berjalan ke arah rak dan mengambil sebuah jilidan kertas yang baru kutahu namanya buku. Dia mendekatiku dan memberikan buku itu padaku.
BUDIDAYA MELATI
Kubaca dari sampul buku berdebu itu.
"Melati adalah bunga yang indah. Bunga yang pernah tumbuh di bumi Indonesia." kata si Kakek.
"Melati, menginaplah di sini! Besok pagi aku akan mengantarmu ke gerbang kota. Karna malam ini kita akan makan besaaaarr!"
Ketakutanku kembali muncul. Aku bergidik. Tampak si Kakek mulai menguliti tubuh si Pejabat yang mati ditembak.
"Melati adalah bunga yang indah. Bunga yang pernah tumbuh di bumi Indonesia." kata si Kakek.
"Melati, menginaplah di sini! Besok pagi aku akan mengantarmu ke gerbang kota. Karna malam ini kita akan makan besaaaarr!"
Ketakutanku kembali muncul. Aku bergidik. Tampak si Kakek mulai menguliti tubuh si Pejabat yang mati ditembak.
27 Maret 2027 Awal mula krisis pangan di Indonesia. Ketika harga bahan pangan melambung tinggi melebihi harga sebuah mobil. Saat itulah kanibalisme mulai terjadi di tanah air.
Sebuah kutipan yang kubaca dari poster usang berumur ratusan tahun yang tertempel di dinding. Poster itu berjudul WISATA KOTA MATI.
***
Jumlah: 493 kata.
***
Jumlah: 493 kata.
28 komentar
Masak sih 2017 keadaannya kayak gitu?
BalasHapusSemoga gak kayak gitu, Bun! :-)
HapusDoa deh semoga gak begituu saya makan apa dong hehe
Hapusnonton Bal Kang?
BalasHapusRa ndue tipi!
HapusKereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen. Temannya keren, pesannya dalem, cara menuliskannya tak biasa. Hayo bikin buku gih ^__^
BalasHapusWaaaaa.. Makasih, Bu! Masa' sih keren? *ngliyeng
Hapusmbok yo nek ono wong posting kui diwoco nganti tenanan.. heran aku karo rika.. jelas2 kae pengumuman sing menang GA khayalan.. esih takon bae.. bhahahaha
BalasHapusora beres teaaa ya'innn....
ana 13 wong sing enthuk hadiah, tp nana jenenge rikaaa :p
Sip, dah! Bhahaha
Hapussip artikelnya :)
BalasHapusMakasih ... ;-)
Hapusahh,
BalasHapusmas kendal, gw slalu iri sama ide2 gilamu menghasilkan sebuah cerita,
keren, lanjut yah satu saat bisa menhasilkan karya bisa diterbitkan+ memotivasi pembaca dengan cerita hebat sperti cerita diatas,
keep writing :)
Ayo, Via juga writing dong ea ... :-) ide gak kemana-mana, kok! Tinggal nangkepnya aja ... Hehe, mas kendal? Nama gue eksak! Catet ea ... ^_^
Hapusmasalah kanibal kan wis ono ning purwakarta mas..
BalasHapuseling ra karo sumanto?
Bhahaha, Sumanto tuh kan di Purbalingga? Lagian dia kanibal bukan karna krisis pangan, kok! Dia lagi nyari ilmu. :-D
HapusKereen banget ceritanya, "pesan"-nya kenaa banget (harusnya...)
BalasHapusaku kasih 4 bintang dari 5 bintang.!!
tapi... mudah-mudahan gak sampai seperti itu ya :), ngeri soalnya ngbayangin anak cucuku gak mengenal bentuk buku, apalagi yang kanibalismenya itu... duh, Naudzubillah jangan sampai >_<
Suka sama paragraf pertama, mudah-mudahan banyak di baca sama warga Jakarta supaya lebih bisa mencintai, menjaga dan merawat kotanya itu... keep writing, bang Andi :)
Thanks, Dee! Buat apresiasinya ... :-) tinggal semua perlu kesadaran, jgn kita berpangku tangan! Should you are! B-)
HapusIde ceritanya keren gile!
BalasHapusCeritanya seperti filmnya kevin costner yg bumi ditutupi sama air karena es bumi yg mencair sehingga tanah menjadi sesuatu yg paling berharga, judul filmnya apa lupa tuh!
Tapi sayang banget rentang tahun 2017 ke 2037 itu cuma beda 20 thn doang kurang lama bro, minimal berapa ratus tahun gitu biar afdol
Underworld apa underwater ea judulna? Tapi rentang waktu itu emg kepikiran gitu aja. So, emang kurang afdhol kan ya? Hehe .. :-)
HapusDuhai sayangku...
BalasHapusBetapaku
menginginkanmu
sampai mati...
*Hiiii.. merinding sendiri....
--> salam dari D 461 NG
:D
Plat D tuh yg punya blogger Bandung! Sekarang gue plat B! Bhahaha
HapusHiii.... serem, ya....
BalasHapusSeperti kata pepatah orang indian, saat ikan terakhir habis, saat pohon terakhir ditebang, kita akan sadar bahwa kita tidak dapat memakan uang.....
Baru dgr pepatah itu! Tapi emang bener bgt .. Dan smoga kita juga gak makan manusia, apalagi temen makan temen! :-)
Hapussedih banget baca judulnya tapi ya demikian kenyataannya, sampah dimana2....
BalasHapusBayangan yg mungkin terjadi di masa depan! Tp smoga gak kayak gitu juga, kan? ;-)
HapusWah, keren bgt url alamat blognya! Hehe
BalasHapusMas Eksak, ini Prompt ya? Judulnya enggak boleh ganti loh.
BalasHapusSuka deh sama ceritanya. Idenya bagus ^^b
Iya nih, Mbak Evi! Lagian belum gue submitin, kok ... Makasih ea, Mbaaakk! :-)
Hapus