Lorong Mimpi

Juli 10, 2014

Maaf,"

Sebentar ia membetulkan letak kacamata di atas hidungnya, kemudian membungkuk. Setumpuk buku yang dibawanya berserakan di lantai. Spontan aku ikut berjongkok, membantunya memunguti buku satu persatu.

"Anak baru, ya?"

Aku memang baru melihatnya hari ini. Tanyaku belum terjawab. Ia buru-buru berdiri sambil menerima buku dari tanganku.

"Terima kasih ... "

Dua patah kata sebelum kemudian ia begitu tega membiarkanku mematung.Memandangi punggungnya yang semakin menjauh. Kemudian hilang di ujung lorong yang mengarah ke perpustakaan.

"Rudi ... "

Aku menggeliat.

"Rudi! Bangun, Rud!"

Oh, ibu! Dan ternyata kejadian di lorong sekolah tadi hanya mimpi. Tetapi garis wajah gadis itu begitu kuingat.

"Sampai kapan ibu harus selalu membangunkanmu?"

Suasana pagi yang cerah. Dengan santai aku berjalan di lorong, melewati beberapa kelas, menyapa beberapa teman dan menabrak seseorang.

"Maaf,"

"Tak apa ... "


Hei, bukan ia gadis berkacamata yang tadi pagi singgah di mimpiku.

"Aku Rudi ... "

Aku mengulurkan tanganku, namun tampaknya ia segan menyambutnya.

"Aku ... "

KRIIINGG!!!

Bel berbunyi, ia urung meneruskan kata-katanya. Seperti mimpi tadi, aku hanya memandangi punggungnya sampai ia menghilang di ujung lorong.

PLETAAAKK!!!

Sebuah spidol mendarat mulus di kepalaku. Sial! Kelakuan siapa ini?

"Rudi, bawa ke sini spidolnya!"

Aku mengambil spidol yang ternyata dilempar oleh Pak Baron, guru matematikaku.

"Sudah berapa kali kamu tidur di kelas saat pelajaran bapak?"

Rupanya aku ketiduran lagi. Dan lagi-lagi gadis berkacamata itu hanya ada di dalam mimpi. Wajahku terasa kusut sekali. Seisi kelas menertawakanku.

"Lekas cuci mukamu!"

"Iya, Pak."


Aku pun keluar kelas. Menyusuri lorong, menuju ke kamar mandi. Di tengah lorong aku berpapasan dengan ... hei,gadis mimpi! Aku menatapnya lekat. Ia hanya tersenyum sejenak kemudian berlalu. Aku masih memandanginya, kali ini pada punggungnya hingga menghilang di ujung lorong.

"Mas Rudi, kok malah tidur?"

Aku terperanjat. Samar kulihat Bu Eliya membangunkanku. Ini seperti mimpi di atas mimpi.

"Maaf, Bu ... "

Gegas aku bangun dari dinding kelas tempatku bersandar lelah. Kusambar sapu dan pel di sebelahku. Sejenak kupandangi punggung Bu Eliya yang hampir menghilang di ujung lorong. Setelah lorong ini, kamar mandi juga menunggu untuk dibersihkan.

***

Buat prompt #57 MFF !!!

You Might Also Like

16 komentar

  1. Nah.. apa karena nawuin cuma mimpi ya mas..cuma spidol
    untung aja bukan penghapus papan tulis yang mendarat...haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gjejeje, biasanya malak papan tulisnya yang dilempar, mas! ''Bhahaha

      Hapus
  2. selamat menjalan ibadah puasa..

    BalasHapus
  3. Selamat bermimpi... :)

    BalasHapus
  4. Mimpinya berlapis-lapis.. :)

    BalasHapus
  5. mimpi-ception! :D

    tapi idenya bagus. :)

    BalasHapus
  6. Haha..mimpinya itu looh... :D

    BalasHapus
  7. Haha..mimpinya itu looh... :D

    BalasHapus
  8. Agak terganggu dengan percakapannya yang ditulis miring semua. :-|

    BalasHapus