WildCard MFF Idol 2 - Reinkarnasi

Desember 28, 2014


Di Ruang Tunggu

Preferences

Font
Warna
Ukuran

Jumlah: 300 kata.

“Permisi, masih bisa duduk?”

Aku mendongak. Seorang perempuan berdiri di samping tempatku duduk.

“Oh, silakan … “

Semoga dia bisa mencairkan suasana. Aku pun menggeser pantatku agar ada sela untuknya. Sejenak kupandangi wajah di sebelahku. Tatapannya terkonsentrasi pada sebuah buku kecil di genggamannya.

“Lagi baca apa?”

“Syarat dan ketentuan reinkarnasi.”

“Di mana bisa mendapatkan buku itu?”

“Di loket setelah gerbang depan.”

Tadi aku hanya menyerahkan surat undangan sebagai tanda pengenal kepada penjaga loket. Dengan sedikit melongok, aku pun mencuri baca buku si Perempuan itu. Bahwa ketentuan reinkarnasi adalah seseorang masih ingat betul tentang kehidupan di masa lalunya, tapi dia tak ingat dengan siapa dia menjalani kehidupan itu. Mungkin di ruang tunggu ini ada orang yang kita kenal di kehidupan sebelumnya, tapi kita benar-benar tak ingat siapapun di sini. Semua akan terasa asing dan tak mengenal satu sama lain.

“Ehemm … kalau boleh tau, bagaimana kehidupanmu sebelumnya?”

Perempuan itu sepertinya sadar pertanyaan itu kutujukan untuknya. Sesaat dia melirikku, kemudian kembali menatap bukunya.

“Menyedihkan!”

Aku tak menyangka ternyata dia menanggapiku.

“Aku adalah seorang primadona kampus yang diperkosa beberapa teman lalu dibunuh dan dibuang ke sungai.”

“Maaf, aku tak bermaksud … “

“Mungkin salah satu dari mereka ada di ruangan ini, tapi kau tau kan kalau kita tak kan saling mengenal lagi?”

“I … iya,”

“Tapi sudahlah, sebentar lagi kita akan memulai kehidupan baru.”

“Emm … gimana seandainya kau mengenali mereka di sini?”

“Mungkin aku akan berterimakasih kepada mereka karna membunuhku, sehingga aku tak perlu menanggung beban psikologis. Tapi pastinya mereka akan mendapat karma yang setimpal di kehidupan berikutnya sesuai dengan kejahatan mereka.”

Aku agak kaget. Dan percaya apa yang dia katakan setelah melirik sekilas tulisan di belakang cover buku yang dipegang perempuan itu.

“Bagus Sajiwo!”

Panggilan malaikat terasa menggelegar di telingaku. Aduh! Karma apa yang nanti akan diterima oleh peleceh perempuan sepertiku?

***

You Might Also Like

16 komentar

  1. Ruang tunggu
    Jadi saksi bisu shake

    BalasHapus
  2. pnyesalan emang datangx belakangan, klo diawal datangnya namax Pendaftaran wkwkw peace2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya buru-buru daftar biar gak menyesal ... support

      Hapus
  3. Weh, yen reinkarnasi lali kabeh karo kanca2ne mbiyen yo Kang hehehe...

    Eh kang, melu nguriuri tulisan jawa yo. Nang forumku ini. Tulung melu daftar yo, ben saya rame hehehe.... nicknameku Albert. Suwun sakdurunge.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, mantep! Kok wis nduwe forum mbarang? support

      Hapus
  4. Hhmmm... jadi bingung aku deh

    BalasHapus
  5. Ruang tunggu untuk masuk ke kehidupan selanjutnya? Mirip ruang tunggu di stasiun atau bandara gitu ya... Kalau ini satu cerpen full mungkin lebih seru jadi bisa memuaskan penasaran pembaca :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyayaya, emg penasaran dimananya? wind

      Hapus
  6. .. itu kisah nyata ato cuma ketikan doank sak?!? ..

    BalasHapus
  7. peleceh perempuan??? ciyeee ngakuu ciyeee :D shake

    BalasHapus