#4: Back To Cafe, Breaking The Code.
April 18, 2013
The story before at here ...
*&*
18 April, 16.18
Dea masih malas beranjak dari tempat tidurnya. Pandangannya terlempar ke kalender di dinding. Ada sesuatu yang diingatnya.
"18 April? Apa yang kamu ingat, Dea?", tanya Dea pada dirinya sendiri.
Pantai, candle light, kado kecil berupa topi. Apakah dia masih menyimpannya? Ah, mungkin sudah dibuangnya! Atau dibakar? Atau ...
Lagu Detik Terakhir-nya Lyla mengalun dari hape Dea. Membuyarkan lamunan masa lalunya.
"Halo! Selamat malam, bisa bicara dengan Dearesta Anindya?", suara di ujung sana.
"I...iya, saya sendiri...", Dea tergagap, sepertinya dia hafal dengan pemilik suara itu.
"Ini gue, eksak! Gue minta elo dateng ke cafe yang kemaren tepat jam 7 malem ini!"
"Eh.., dari mana elo dapet nomer hape gue? Lagian mana ada cafe buka setelah pemiliknya mati mengenaskan di cafenya sendiri?"
"Cewek Bodoh! Ya dari kantor gue lah masa' dari KUA?! Itu juga bukan cafe-nya Rangga pribadi, dia patungan ama temen-temennya. Dan bisnis musti tetep jalan, kan?"
Cewek bodoh? Sebutan yang sudah lama tak terdengar oleh Dea. Dan cuma orang ini yang berani menyebutnya seperti itu.
"Woii! Malah ngelamun! Dateng, ya! Pokoknya gue tunggu!"
"Iya... Iya... "
"Tutt... Tutt... Tutt..."
Busyet, dah! Gak punya sopan santun! Udah nyuruh-nyuruh orang seenaknya, pake marah-marah pula! Huft!
Dea geregetan. Dilemparnya hape ke tepi tempat tidur. Hampir saja jatuh ke lantai. Dea memang punya kenangan bersama Eksak. Entah apa namanya? Kenangan manis atau malah kenangan pahit?
19.18
Huft! Mana ada elo yang nunggu? Ada juga gue yang nungguin elo! Gerutu Dea sambil menyeruput Ethiopian Yirgacheffe-nya. Hampir saja Dea tersedak ketika matanya menangkap sosok berkemeja biru kotak-kotak yang berjalan dari pintu masuk.
"Kopi item satu, Mbak!", katanya kepada pelayan sambil menarik kursi tepat di depan Dea.
Syetdah! Katrok banget, sih! Mungkin dia mikir lagi di warteg kalee, ea... Uhukk! Dea terbatuk gara-gara menahan tawa.
"Kenapa, lo? Oke, deh! Gue langsung mulai ajah... Bla... Bla...", eksak langsung nyerocos mengurai kronologi kasus kemarin sambil menggelar foto hasil TKP di atas meja.
Rawwwrrrr! Ni orang! Bukannya basa-basi gimana, kek! Nanya kabar atau minta maaf karna telat, dsb. Lagi-lagi Dea dibuat geregetan setengah mati.
"Dari dulu gue tau, elo sok-sokan jadi detektif. Gue juga tau kemaren elo coba ngehubungin nomer hape itu, kan? Gue juga, kok! Tapi aneh, kenapa korban nulis nomer yang belum terdaftar operator?"
"Kenapa nanya gue? Elo kan yang dikasih tanggung jawab buat nanganin kasus ini!"
"Pliss... Gue minta tolong elo, Dey! Gue yakin elo bisa nolong gue.", pinta eksak yang tak sadar memegang punggung tangan Dea.
Dea merasa terpojok ke masa lalu. Masa dimana kata-kata pliss-nya Eksak mampu meluluhkan hatinya. Dea coba menepis tangan Eksak dengan pura-pura mengambil foto yang memperlihatkan kode di laptop korban.
"Oke deh! Gue coba bantu semampu gue, ya... ", ucap Dea.
Tiba-tiba mata Dea tertuju pada wallpaper Benjamin Franklin di balik notepad kode itu.
"Hei, ini kode sandi Franklin's Magic Square!", seru Dea kegirangan.
"Sandi apa itu? Gue taunya cuma sandi rumput di jaman pramuka dulu.", ucap Eksak bingung.
Huft! Polisi payah! Gerutu Dea dalam hati. Kemudian dia mengambil secarik kertas dan menuliskan deretan angka tak berurutan.
52 61 4 13 20 29 36 45
14 3 62 51 46 35 30 19
53 60 5 12 21 28 37 44
11 6 59 54 43 38 27 22
55 58 7 10 23 26 39 42
9 8 57 56 41 40 25 24
50 63 2 15 18 31 34 47
16 1 64 49 48 33 32 17
"Dan ternyata nomer hape itu membentuk sebuah nama..."
X T O M D A K R
A D G J M P T N
A A J G T A D T
W J A D R G T J A
T J A D I J A T N
A K P W J A D J P
T K A W M D R G
M G A T M G I T
+6282343531960 -->
08 23 43 53 19 60 -->
K I R A N A
"Kirana? Siapa dia? Apa hubungan dia ama korban? Dan gimana cara dia masukin racun ke dalam minuman korban?", gumam Eksak.
*&*
Sori, pemirsa! Berhubung karakter di hape gue dah sekarat. Kita tanya langsung aja pada narasumber kita aja, yuk! Briptu Mechta, silahkan... ;-)
*&*
18 April, 16.18
Dea masih malas beranjak dari tempat tidurnya. Pandangannya terlempar ke kalender di dinding. Ada sesuatu yang diingatnya.
"18 April? Apa yang kamu ingat, Dea?", tanya Dea pada dirinya sendiri.
Pantai, candle light, kado kecil berupa topi. Apakah dia masih menyimpannya? Ah, mungkin sudah dibuangnya! Atau dibakar? Atau ...
Lagu Detik Terakhir-nya Lyla mengalun dari hape Dea. Membuyarkan lamunan masa lalunya.
"Halo! Selamat malam, bisa bicara dengan Dearesta Anindya?", suara di ujung sana.
"I...iya, saya sendiri...", Dea tergagap, sepertinya dia hafal dengan pemilik suara itu.
"Ini gue, eksak! Gue minta elo dateng ke cafe yang kemaren tepat jam 7 malem ini!"
"Eh.., dari mana elo dapet nomer hape gue? Lagian mana ada cafe buka setelah pemiliknya mati mengenaskan di cafenya sendiri?"
"Cewek Bodoh! Ya dari kantor gue lah masa' dari KUA?! Itu juga bukan cafe-nya Rangga pribadi, dia patungan ama temen-temennya. Dan bisnis musti tetep jalan, kan?"
Cewek bodoh? Sebutan yang sudah lama tak terdengar oleh Dea. Dan cuma orang ini yang berani menyebutnya seperti itu.
"Woii! Malah ngelamun! Dateng, ya! Pokoknya gue tunggu!"
"Iya... Iya... "
"Tutt... Tutt... Tutt..."
Busyet, dah! Gak punya sopan santun! Udah nyuruh-nyuruh orang seenaknya, pake marah-marah pula! Huft!
Dea geregetan. Dilemparnya hape ke tepi tempat tidur. Hampir saja jatuh ke lantai. Dea memang punya kenangan bersama Eksak. Entah apa namanya? Kenangan manis atau malah kenangan pahit?
19.18
Huft! Mana ada elo yang nunggu? Ada juga gue yang nungguin elo! Gerutu Dea sambil menyeruput Ethiopian Yirgacheffe-nya. Hampir saja Dea tersedak ketika matanya menangkap sosok berkemeja biru kotak-kotak yang berjalan dari pintu masuk.
"Kopi item satu, Mbak!", katanya kepada pelayan sambil menarik kursi tepat di depan Dea.
Syetdah! Katrok banget, sih! Mungkin dia mikir lagi di warteg kalee, ea... Uhukk! Dea terbatuk gara-gara menahan tawa.
"Kenapa, lo? Oke, deh! Gue langsung mulai ajah... Bla... Bla...", eksak langsung nyerocos mengurai kronologi kasus kemarin sambil menggelar foto hasil TKP di atas meja.
Rawwwrrrr! Ni orang! Bukannya basa-basi gimana, kek! Nanya kabar atau minta maaf karna telat, dsb. Lagi-lagi Dea dibuat geregetan setengah mati.
"Dari dulu gue tau, elo sok-sokan jadi detektif. Gue juga tau kemaren elo coba ngehubungin nomer hape itu, kan? Gue juga, kok! Tapi aneh, kenapa korban nulis nomer yang belum terdaftar operator?"
"Kenapa nanya gue? Elo kan yang dikasih tanggung jawab buat nanganin kasus ini!"
"Pliss... Gue minta tolong elo, Dey! Gue yakin elo bisa nolong gue.", pinta eksak yang tak sadar memegang punggung tangan Dea.
Dea merasa terpojok ke masa lalu. Masa dimana kata-kata pliss-nya Eksak mampu meluluhkan hatinya. Dea coba menepis tangan Eksak dengan pura-pura mengambil foto yang memperlihatkan kode di laptop korban.
"Oke deh! Gue coba bantu semampu gue, ya... ", ucap Dea.
Tiba-tiba mata Dea tertuju pada wallpaper Benjamin Franklin di balik notepad kode itu.
"Hei, ini kode sandi Franklin's Magic Square!", seru Dea kegirangan.
"Sandi apa itu? Gue taunya cuma sandi rumput di jaman pramuka dulu.", ucap Eksak bingung.
Huft! Polisi payah! Gerutu Dea dalam hati. Kemudian dia mengambil secarik kertas dan menuliskan deretan angka tak berurutan.
52 61 4 13 20 29 36 45
14 3 62 51 46 35 30 19
53 60 5 12 21 28 37 44
11 6 59 54 43 38 27 22
55 58 7 10 23 26 39 42
9 8 57 56 41 40 25 24
50 63 2 15 18 31 34 47
16 1 64 49 48 33 32 17
"Dan ternyata nomer hape itu membentuk sebuah nama..."
X T O M D A K R
A D G J M P T N
A A J G T A D T
W J A D R G T J A
T J A D I J A T N
A K P W J A D J P
T K A W M D R G
M G A T M G I T
+6282343531960 -->
08 23 43 53 19 60 -->
K I R A N A
"Kirana? Siapa dia? Apa hubungan dia ama korban? Dan gimana cara dia masukin racun ke dalam minuman korban?", gumam Eksak.
*&*
Sori, pemirsa! Berhubung karakter di hape gue dah sekarat. Kita tanya langsung aja pada narasumber kita aja, yuk! Briptu Mechta, silahkan... ;-)
28 komentar
ini cerita apa'an sih? bingung SAK.
BalasHapustapi dari alur ceritanya yg teratur banget walaupun terus bersambung, seperti baca tulisan org ahli dalam nulis cerpen!
Kata mechta ini proyek spontan! Dia bikin cerita, gue ngelanjutin, trus dilanjut lagi ama dia, trus gue lagi, trus dia, gitu seterusnya... ;-) ya emang jadinya cerbung gitu, deh! ^_^
Hapusmending bawa main catur aja kalo begitu heheh!
HapusOi, ada yg lempar batu sembunyi tangaaan :)
HapusKalo maen catur tuh baru bisa sembunyi tangan! Bhahaha
HapusNanggung ceritanya, galau pemirsaaaa
BalasHapusHehehe, don't be galau, pemirsah! ;-)
Hapusloh..eksak jadi polisi ya....awas jadi sasaran tembak teroris loh,
BalasHapusoke aku akan cari briptu mechta, minta pertanggungan jawaban,,kenapa ceritanya tidak diselesaikan dengan segera dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ...salam :-)
Hehehe, jadi polisi penuh risiko, Bang! Dan untuk perkara ini, mari kita serahkan pada Sang Briptu! :-)
Hapusowalah, ternyata Franklin Magic Square. Baru tahu ada kode macam begini. Tak pikir kemaren Franklin itu kata sandi buat mecahin kodenya, ternyata... wekeke.
BalasHapus~Kalo ada Kaito Kid, mungkin kasusnya udah selese. Sayangnya Kaito udah nggak ngeblog. @__@
Nyoba nebak ah. Kirana itu pegawai Cafe, yg juga merangkap sbg pacarnya Rangga, yg saban waktu menyuguhkan minuman bwt si Rangga. Tapi mereka putus, trus Kirana ngambek. Racunnya dimasukin deh ke minuman. Diminum korban. Coid dah.
Etapi kalo kayak gini, Kirana bisa langsung jd tersangka donk ya. Mbuhlah, nunggu pencerahan dari Bripu Mechta saja. hihihi...
#lagi-lagi males mikir. XD
Iya, masih sering ngeliat kaito kid di fb, tp kayaknya dia emang dah gantung draft! :-)
Hapushipotesa yg keren, En! Tapi bener motif dan triknya gak sesederhana itu. HAyu, ah, jangan males dong!
sebenernya kaga ngerti....
BalasHapustapi itu darimana kata kirana muncul ya? awalnya kan deretan angka gitu.... hehe,
Nih bocoran dari Sang AKBP :
HapusLetak 08 atau 8 pada kotak angka2 itu ada di baris ke-6 kolom ke-2, nah pada kotak kode huruf, yg ada di baris ke-6 kolom ke-2 adalah huruf 'K'. Lalu angka 23 (baris 5 kolom 5) = 'I'. Dst....
*edisi sok tau*
Nah, itu udah di jelasin ama Briptu! Semoga jadi ngerti... ;-)
HapusYth AKBP Jutek,
BalasHapusMohon izin tidak aktif untuk beberapa hari kedepan, karena keperluan keluarga, jadi mohon maaf tidak bisa terlibat dalam gelar perkara dimaksud. Terima kasih ;)
Acara keluarga apa mo cari wangsit, Brip? Emang udah dpt calonnya? Hehehe
HapusMakin keren aja nih ceritanya, Sak! Tapi Briptunya kok malah lebih mengutamakan keluarga yaaa? Hihi
BalasHapusMakasih, Al! Gak tau tuh briptunya gak proporsional... Gak malah mentingin tugas! Huft.
Hapusceritanya makin seru..meski ga komen tp mimi nyimak loh.
BalasHapus5 jempol diacungin (3jempol mnjem tetangga yg ada anak gadisnya) :-D
Makasih udah mo nyimak, mi! Tapi lagi2 siapa anak gadis itu? Dari kemaren ngebahas itu mulu... :-*
Hapuskatanya ada yang lagi happy special days, info dari blog sebelah, iya nggak sich,
BalasHapusbenar atau nggak tetap ucapin selamat hari lahir ya..semoga sehat bahagia selalu dalam lindungan ALLAH :-)
Dari blog sbelah mana, Bang? Kanan ato kiri? Hehehd... So, thanks ea atas ucapannya! ;-)
HapusHai mas Eksak, biasa jadi silent reader aja, ini malah jadi pengen komen gara2 ceritanya bikin garuk2 kepala. Apa karakter hape juga termasuk yang sedang diinvestigasi oleh sang briptu? :D
BalasHapusHai! Hehehe, akhirnya terkuak kalo silent reader itu adalah Bunda Lahfy! ;-)
HapusKarakter hp gak masuk brang bukti, Bu! So, abaikan ajah! :-)
hmmm, kode sandinya keren jg tuh, kyknya ijin aku comot utk aku masukin ke dlm cerita novelku yg kedua nanti ya...
BalasHapusthanks bro...
^_^ lama gak kesini, sekalinya kesini dpt inspirasi...
Silahkan aja, brader! Gue juga baru tau kalo elo adalah nopelis juga... Hebatnya malah udah nopel kedua! Ckckck
Hapusso sukses ea... ;-)
Siap, lapor Komandan!
BalasHapusGelar perkara di lapak sebelah sudah dilaksanakan! Silahkan di Sidak!
Siap, laporan selesai!
*menghormat, balik kanan n bubar jalan*
Laporan diterima, Brip! Segera ke TKP! :-)
Hapus