Alas Roban Drift
Oktober 01, 2013
Subah, 23:45.
"Keep racing, Bro!" kata pengemudi mobil itu.
Aku tersenyum palsu dengan ujung bibir yang kusunggingkan sedikit. Malam ini aku harus menang.
"Tiga ... dua ... satu ... goo!!" seorang cewek sewaan memberi aba-aba pada kami. Tanda aku harus segera memacu mobilku.
Kali ini aku cukup tersenyum bangga. Mobil si Bro jauh tertinggal di belakangku. Sungguh menyenangkan. Melakukan braking drift di beberapa tikungan, oversteer dan overpower. Tikungan jalan tembus Alas Roban ini memang layaknya sirkuit balap. Maka tak heran pembalap liar sepertiku sangat menikmatinya. Memasuki tikungan dengan kecepatan tinggi, mengerem, heel-toe, overpower lalu counter-steer. Kecepatanku tak kurang dari 80 kilometer per jam.
"Sial!" aku tersentak.
Mobil si Bro sudah hampir beberapa senti di belakangku. Ada tikungan tajam berportal yang langsung landai ke jurang. Aku pun menambah kecepatan menjadi 90 kilometer per jam, menarik rem tangan untuk weight transfer dan menjaga stabilitas mobil. Ups! Hampir saja. Kubanting stir untuk kembali ke racing line. Berbeda dengan si Bro, kulihat dia memilih untuk berbelok menggunakan teknik overpower dan menahan kecepatan di tikungan. Mobilnya memasuki tikungan dengan mengerem, lalu mengurangi gigi dan melakukan pulse untuk overpower.
Sesaat kemudian, mobil si Bro sudah berada di sebelah mobilku yang memasuki tikungan lebih dulu.
"Hah?! Gimana dia bisa belok kayak gitu? Berani banget dia!?" tanpa sadar aku malah terkagum-kagum dengan kemampuan si Bro.
Mobil kami melaju berdampingan, hingga sampai pada tikungan terakhir memasuki kota Gringsing. Tikungan ini tak terlalu tajam, hanya saja sedikit sempit dan mengarah ke kanan. Jika salah satu dari kami tak ada yang mengalah, maka habislah kami. Kami saling berusaha untuk mencapai tikungan itu terlebih dahulu. Namun, posisi ini tak memungkinkan untuk salah satu mencapai tikungan itu. Akhirnya kami memasuki tikungan. Mobilku berada di kanan. Kulakukan e-brake drift untuk memindahkan posisi mobil. Sedangkan si Bro lagi-lagi melakukan overpower untuk mempertahankan kecepatan. Kami melewati tikungan dengan mulus. Jarak mobil kami hanya beberapa sentimeter. Mobilku keluar tikungan lebih dulu. Tapi, si Bro yang menahan kecepatan dapat melaju lebih cepat. Sontak aku terkejut. Kosentrasiku pecah, kemudiku lepas kontrol. Ban depanku merangsek ke kiri. Hanya dalam hitungan detik, mobilku terperosok ke semak-semak di pinggir jalan.
"Huft! Untung bukan jurang." gumamku kesal.
***
Kendal, 12:34.
"Entar malem maen lagi, Bro!" si Darko mengejutkan istirahat siangku.
"Ogah, ah! Udah tiga hari gue belom setor." Jawabku malas.
Memang taruhannya tak begitu besar. Hanya uang bensin dan uang setoran sehari. Tapi itu cukup membuatku pusing berhari-hari.
***
Jumlah: 393 kata.
"Keep racing, Bro!" kata pengemudi mobil itu.
Aku tersenyum palsu dengan ujung bibir yang kusunggingkan sedikit. Malam ini aku harus menang.
"Tiga ... dua ... satu ... goo!!" seorang cewek sewaan memberi aba-aba pada kami. Tanda aku harus segera memacu mobilku.
Kali ini aku cukup tersenyum bangga. Mobil si Bro jauh tertinggal di belakangku. Sungguh menyenangkan. Melakukan braking drift di beberapa tikungan, oversteer dan overpower. Tikungan jalan tembus Alas Roban ini memang layaknya sirkuit balap. Maka tak heran pembalap liar sepertiku sangat menikmatinya. Memasuki tikungan dengan kecepatan tinggi, mengerem, heel-toe, overpower lalu counter-steer. Kecepatanku tak kurang dari 80 kilometer per jam.
"Sial!" aku tersentak.
Mobil si Bro sudah hampir beberapa senti di belakangku. Ada tikungan tajam berportal yang langsung landai ke jurang. Aku pun menambah kecepatan menjadi 90 kilometer per jam, menarik rem tangan untuk weight transfer dan menjaga stabilitas mobil. Ups! Hampir saja. Kubanting stir untuk kembali ke racing line. Berbeda dengan si Bro, kulihat dia memilih untuk berbelok menggunakan teknik overpower dan menahan kecepatan di tikungan. Mobilnya memasuki tikungan dengan mengerem, lalu mengurangi gigi dan melakukan pulse untuk overpower.
Sesaat kemudian, mobil si Bro sudah berada di sebelah mobilku yang memasuki tikungan lebih dulu.
"Hah?! Gimana dia bisa belok kayak gitu? Berani banget dia!?" tanpa sadar aku malah terkagum-kagum dengan kemampuan si Bro.
Mobil kami melaju berdampingan, hingga sampai pada tikungan terakhir memasuki kota Gringsing. Tikungan ini tak terlalu tajam, hanya saja sedikit sempit dan mengarah ke kanan. Jika salah satu dari kami tak ada yang mengalah, maka habislah kami. Kami saling berusaha untuk mencapai tikungan itu terlebih dahulu. Namun, posisi ini tak memungkinkan untuk salah satu mencapai tikungan itu. Akhirnya kami memasuki tikungan. Mobilku berada di kanan. Kulakukan e-brake drift untuk memindahkan posisi mobil. Sedangkan si Bro lagi-lagi melakukan overpower untuk mempertahankan kecepatan. Kami melewati tikungan dengan mulus. Jarak mobil kami hanya beberapa sentimeter. Mobilku keluar tikungan lebih dulu. Tapi, si Bro yang menahan kecepatan dapat melaju lebih cepat. Sontak aku terkejut. Kosentrasiku pecah, kemudiku lepas kontrol. Ban depanku merangsek ke kiri. Hanya dalam hitungan detik, mobilku terperosok ke semak-semak di pinggir jalan.
"Huft! Untung bukan jurang." gumamku kesal.
***
Kendal, 12:34.
"Entar malem maen lagi, Bro!" si Darko mengejutkan istirahat siangku.
"Ogah, ah! Udah tiga hari gue belom setor." Jawabku malas.
Memang taruhannya tak begitu besar. Hanya uang bensin dan uang setoran sehari. Tapi itu cukup membuatku pusing berhari-hari.
***
Jumlah: 393 kata.
32 komentar
Deu... si masbro gaya beneer. Mobil orang dipake balapan liar...
BalasHapusNgejar setoran! Bhahaha
Hapusoooooohhhhhhhhhh
BalasHapusHhhhhhhhhhoooooooooo
Hapusmas beneran balapan liar. :)
BalasHapusGak liar2 amat, kok! Paling yang liar cuma balap makan! Hehe
HapusYakin...ntar malam...bakalan bisa menang...hehe :)
BalasHapusEntar malem gak maen kok ... Hehe
HapusIstilah-istilahnya aku nggak ngerti, tapi bisalah ngebayangin kejadiannya. Balap liar itu rada-rada berisik ya...
BalasHapusGak berisik kok, paling cuma bikin gak bisa tidur aja! ;-)
Hapuskang Slamet ki pie si yoh..
BalasHapuspengumuman GA ne nyong kue tgl 10 oktober.. kie nembe tanggal pireee??
ketara nek ora maca lah ya.. wakakakaka...
kang Slamet ngapa nang Jkarta? ora ketemu Una? heheheehehehe
Hah? Apah? Nyong be maca tapi ra mudeng! Bhahaha
HapusSubah, Batang, Kendal... aku punya saudara-saudara yang lama sekali tidak ketemu.
BalasHapusNang Kendal ana anak lanangmu, Bun! *kedip2
Hapusweleh, mobil gue yg ijo jangan di pake woi
BalasHapusMobil gue kan burung biru! Bhahaha
Hapuswow, berasa nonton initial D #apadah XDD
BalasHapusBhahaha, tau aja kalo gue pengemudi AE86-nya! :-D
Hapuseksakumi? XDD
HapusBhahaha
HapusUang setoran.... Kayak di dunia per-angkot-an ya bang, hehe....
BalasHapusYah! Semacem itulah! Apalagi dipanggil "bang"? Bang, bang kiri bang! Hehe
Hapusudah taruhan uang, taruhan nyawa pula.., untung hny fiksi *smile
BalasHapusbtw mantap ada isitilah2 asing..., sayang sy gk paham.., mgkn baikx penjelasan asingx ditulis di catatan kaki *hny saran
Hehe, karakter hp gue mentok, Kang! Sebenernya kepikiran, tapi gak kesampean! Makasih sarannya ... :-)
HapusKeren ceritanya, dah bisa bikin buku lho .... itu tokohnya suruh nyari kerjaan lain saja dia :)
BalasHapusHehe, pasti Bu Mug minta gue bikin buku! Thanks ea, Bu ... ^_^
Hapuswaah..bnyk istilah2 permobilan...keren.. :D
BalasHapusMakasih, Hermaaaa ... B-)
HapusWeis keren! Yg baca aja serasa ikut balapan.
BalasHapusEh keren loh sampe tau istilah2 nya segala.
Tapi bro mobil cepet balikin itu masih belum lunas whuahaha
Bhahaha, tau aja! Pusing kalah trus, sih ... :-D
Hapusrapopo wes, sing penting gak balapan nang dalan pas onok penumpang..
BalasHapusNek onok penumpang malah balapan sak karepe dhewe! Hehe..
Hapus