Beku

Desember 25, 2013



Malam Natal. Negeri ini tak butuh salju untuk membuat suasana menjadi beku. Beku adalah ketika rasa haru dan warna biru berpadu menjadi sendu. Maria, aku mengenalnya sebagai seorang perempuan yang berkubang keharuan. Wajahnya membiru, bibirnya pucat beku. Seperti biasa, dia menunggu lonceng tengah malam. Gelap merambat senyap, gegas dia bersimpuh di depan altar. Berdoa pada malaikat pelindung. Kesenduan, siapapun tak akan pernah menginginkannya. Itulah sebabnya mengapa dia rajin berdoa.

Lalu malam itu, malam penyambutan sang Juruselamat. Anggaplah Juruselamat itu memang benar-benar pernah dilahirkan, dan kali ini aku berada di pihak Maria. Seperti Maria, setiap orang pasti berharap semua doanya terkabul dan tak terucap percuma. Dan Maria percaya, bahwa tak akan ada sesuatupun yang sia-sia, bahkan untuk kesenduan yang kini membekukannya. Maria masih bersimpuh. Airmatanya berlinang, menunggu sang Juruselamat datang. Dari bibir pucatnya, puji-pujian tak henti berkumandang. Hingga larut mengundang, tiba-tiba sepinya pecah berkelontang. Bukan lonceng yang berdentang, hanya sebuah bom yang diletakkan dan meledak pada waktu yang telah ditentukan. Gereja luluh-lantak. Maria lumat. Sepertinya Tuhan punya cara yang berbeda untuk mencairkan kebekuan.

***

 Gue Muslim. Gue punya banyak temen non-muslim.
Tapi maap gue gak bisa ngucapin apa-apa.
Gue cuma bisa ngedukung personil aparat keamanan yang dikerahin buat berjaga-jaga di Gereja.
Toh, temen gue juga banyak yang ngerayain Natal.

Natal seperti hari raya lainnya
Segempita 'Idul fitri, setenang Nyepi dan semeriah Waisak.
So, hormatilah mereka!


Gue Muslim. Dan gue bukan teroris.
Gue cuma bisa ngedoain,
Semoga gak ada lagi bom yang ngeledakin tempat ibadah.
 Semoga gak ada lagi tindakan anarkis di tengah khidmat perayaan agama.
Aamiin ...

:)

You Might Also Like

24 komentar

  1. semoga Indonesia bebas dr teroris yo kang..
    aku juga gak bisa ngucapin apa2 .. hehehe

    BalasHapus
  2. met pgi sobat. semoga aman2 selalu indo .

    BalasHapus
  3. semoga saja tak ada lagi yang namanya teror bom

    BalasHapus
  4. semoga saja indo tidak ada teror bom lagi

    BalasHapus
  5. Yg ga suka teror juga25/12/13 11:35

    laik dis, Nang... :)

    BalasHapus
  6. Iyaa bner, hidup rukun berdampingan aja kenapa sih yaaa :D

    BalasHapus
  7. Sukaaaaa sama quote-nya Eksak ... itu tindakan yang terpuji ^_^

    BalasHapus
  8. Ikut mengamini mas...
    No BOM.... :)

    BalasHapus
  9. aman, damai dan rukun adalah harapan kita semua

    BalasHapus
  10. Bagus iki sak, sangat bagus..
    bisa menceritakan tentang natal tanpa harus terjebak dlm kelatahan dlm pengucapan selamat natal yg bisa membahayakan akidah seorang muslim..

    ini sebenarnya bisa dibuat 2 postingan sak, yg pertama adalah cerita tentang maria, dan yg kedua tentang puisi itu.
    akan tetapi karena memang nuansanya natal, bisa juga digabungkan jadi satu seperti ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenernya akidah muslim itu ada di hati, Dab! Gak di pengucapan, walopun kata-kata seseorang itu mencerminkan hatinya. But, thanks a lot buat apresiasinya ... :)

      Hapus
  11. "kata-kata seseorang itu mencerminkan hatinya."

    hahahaa..
    bisa aja kamuu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaps! Gue rasa itulah pada diri seseorang yg disebut "akhlaq" ... :-)

      Hapus