Ebola
September 14, 2014Melalui jendela kabin hibernasi, samar kulihat planet hijau itu lambat-laun menjadi biru. Semakin ke atas semakin bulat. Perjalanan ini adalah kulminasi segala kejayaan teknologi, segala keindahan dan kerinduannya. Kabin ini akan menjagaku dalam tidur dingin sampai waktu pendaratan. Masih terbayang lambaian tangan Kania melepas keberangkatanku.
Seharusnya tugasku telah selesai tanpa membekaskan apa-apa. Tetapi gadis itu memberi kesan keindahan di benakku. Lumatan bibir gadis itu memang luar biasa. Dahsyat seperti black hole yang menghisap jagat raya.
Aku hanya diutus untuk belajar ebologi dari Profesor Luis, ayah Kania. Ebologi adalah ilmu khusus yang mempelajari tentang virus ebola. Hanya itu dan tidak untuk mengesankan seorang anak profesor.
Kuusap gambar Kania di monitor perekam perjalanan. Padahal baru sepersekian cahaya, tapi jarak harus tega mengutuk rinduku.
"Bawakan aku bintang, Zul!" kata Kania sesaat sebelum alat penghilang memori kupendarkan ke wajahnya. Misi selesai walaupun memoriku sendiri takut akan merindukannya. Saatnya ke kembali ke masa lalu. Masa di saat ebola memusnahkan dua pertiga warga dunia.
***
Jumlah: 160 kata | Prompt #61 MFF
8 komentar
BalasHapuscuman ciuman bibir doang sak?
gak lebih?
yakin?
kl sdh ciuman bibir pasti jg mengelakuin yg lain..
apaan sih lu, Dab! ngeres aja, gue kan niat awalnya cuma belajar? ckckck
Hapustrus bintangnya dibawain? :)
BalasHapusentar kalo ceritanya ditrusin. hehehe
Hapusjadi ga konsen belajar ebologi, mikirin lumatan bibir sang gadis.. ehm.. seperti apa rasanya ya? :)
BalasHapusrasa black hole! bhahaha
Hapusjadi gini : Zul ini berasal dari masa lalu, diutus ke masa depan untuk mempelajari tentang ebola dari prof. Luis (abaikan soal Kania). | kok rasanya janggal, yah. Biasanya sih orang dari masa depan yang berkelana ke masa lalu.
BalasHapushehe, emg janggal sih! biasanya emang gitu ya?
Hapus