Lindu
Desember 05, 2014Sumur |
“Lindu, Pak … lindu … “
“Iya, Nduk … lindunya udah berhenti, kok.”
“Lindu, Pak … “
“Iya, Nduk … Iya … “
Tampaknya Rara sakit, makanya ia mulai sering meracau. Rintik hujan bertambah deras, bercampur dengan angin kencang yang semakin mengoyak tenda pengungsi korban lindu. Tetes air hujan mulai berjatuhan dari atap tenda yang berlubang-lubang. Satu hal yang bisa kulakukan adalah memberinya harapan-harapan. Ketika ia kedinginan, aku cemas karena tak bisa memberikannya selimut. Hanya berharap semoga ada dermawan yang mau melemparkan sprei bekasnya kepada kami. Ketika hujan membuatnya menggigil, aku hanya berharap hujan segera reda dan berganti dengan indahnya pelangi.
“Lindukah yang membuat semua yang ada di sini menangis, Pak?”
“Iya, Nduk … kita semua sedih karna lindu udah memporak-porandakan tempat tinggal kita.”
“Apakah lindu juga yang udah membuat Lala sakit?”
“Iya, Nduk … tapi ndak papa, sebentar lagi bantuan obat segera datang!”
Sesekali aku menengok ke luar tenda. Sepertinya bantuan makanan sudah tiba. Tampak para pengungsi berlarian ke dapur umum. Aku enggan segera beranjak seperti yang lain. Aku tak tega meninggalkannya sendirian dalam keadaan sakit.
“Genduk lapar? Nanti bapak ambilkan makanan,”
Ia hanya menggeleng. Kupandangi wajahnya yang pucat. Bagaimana mungkin ia tak lapar? Sedangkan dari kemarin malam ia tak mau makan. Kusentuh lembut keningnya. Panas. Aku harus segera mencari obat. Barangkali di pos masih ada stok obat penurun panas.
“Bapak cari obat dulu ya, Nduk?”
“Lindu, Pak … “
Aduh, bagaimana ini? Ia mulai meracau lagi. Sambil terus memegang erat lenganku.
“Lindu, Pak … “
“Udah ndak ada lindu, Nduk … “
“Lala pengen pulang, Lala lindu lumah, lala lindu ibuk!”
Ia mulai menangis.
“Iya, Nduk … lindunya udah berhenti, kok.”
“Lindu, Pak … “
“Iya, Nduk … Iya … “
Tampaknya Rara sakit, makanya ia mulai sering meracau. Rintik hujan bertambah deras, bercampur dengan angin kencang yang semakin mengoyak tenda pengungsi korban lindu. Tetes air hujan mulai berjatuhan dari atap tenda yang berlubang-lubang. Satu hal yang bisa kulakukan adalah memberinya harapan-harapan. Ketika ia kedinginan, aku cemas karena tak bisa memberikannya selimut. Hanya berharap semoga ada dermawan yang mau melemparkan sprei bekasnya kepada kami. Ketika hujan membuatnya menggigil, aku hanya berharap hujan segera reda dan berganti dengan indahnya pelangi.
“Lindukah yang membuat semua yang ada di sini menangis, Pak?”
“Iya, Nduk … kita semua sedih karna lindu udah memporak-porandakan tempat tinggal kita.”
“Apakah lindu juga yang udah membuat Lala sakit?”
“Iya, Nduk … tapi ndak papa, sebentar lagi bantuan obat segera datang!”
Sesekali aku menengok ke luar tenda. Sepertinya bantuan makanan sudah tiba. Tampak para pengungsi berlarian ke dapur umum. Aku enggan segera beranjak seperti yang lain. Aku tak tega meninggalkannya sendirian dalam keadaan sakit.
“Genduk lapar? Nanti bapak ambilkan makanan,”
Ia hanya menggeleng. Kupandangi wajahnya yang pucat. Bagaimana mungkin ia tak lapar? Sedangkan dari kemarin malam ia tak mau makan. Kusentuh lembut keningnya. Panas. Aku harus segera mencari obat. Barangkali di pos masih ada stok obat penurun panas.
“Bapak cari obat dulu ya, Nduk?”
“Lindu, Pak … “
Aduh, bagaimana ini? Ia mulai meracau lagi. Sambil terus memegang erat lenganku.
“Lindu, Pak … “
“Udah ndak ada lindu, Nduk … “
“Lala pengen pulang, Lala lindu lumah, lala lindu ibuk!”
Ia mulai menangis.
***
Jumlah: 250 kata | prompt #73 MFF | dikembangkan dari puisi karya Rifki Jampang.
*Lindu = gempa (bhs. Jawa)
*Genduk, Nduk = nak (panggilan untuk anak perempuan Jawa)
16 komentar
nahan pipis aja sakitnya tuh mpe di sini
BalasHapusgimana LINDU coba :D
ooo aku linduuuu ...
Hapusatu ampe dimana cakitna?
greedy
apakah ini juga ada hubungannya dgn penanganan lindu di sinabung yg tak kunjung tuntas?
BalasHapusdan tentang perasaan lindu dari seorang anak kepada ibu-nya, hal itu adalah sangat mengharukan sekali..
semoga pemerintah sebagai pemangku dan pemegang kekuasaan mampu bersikap dan bergerak cepat tanggap terhadap apapun bencana yg menimpa masyarakat..
montok bener itu header-nya..
ya ya ya alusnya tentang itu , tapi bial aja lasa lindu ini kusimpan dalam hati ...
Hapusngapain juga ngebahas headel? angry1
apik mas.
BalasHapustelima kasih, Mas! haii
Hapusini antara terharu dan bikin senyum2 bacanya :)
BalasHapussaya juga telhalu. belita bencana emang celalu bikin halu tanpa kita bisa ngelakuin apa-apa ... hiks. cry4
HapusMengharukan mas :(
BalasHapustelhalu ya, Mbak? cama caya juga ... cry4
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAduh! Endingnya..
Hapusuhuk ... cry4
Hapussaya sedih dan telhalu bacanya....hiks...
BalasHapushuhuhu, caya ugaaa .. spoiled
Hapus:)
BalasHapus