Serba-Serbi Perayaan Maulid Nabi | Bag. 2

Januari 11, 2014

Assalaamu ‘alaikum, Sobat! Are you weekend today? Kemaren kita udah sharing tentang Serba-Serbi PerayaaanMaulid Nabi yang hukumnya masih jadi kontroversi. Bagi gue pribadi, hal yang kontroversial tuh menarik buat diulas. Paling gak gue bisa belajar ngasih argumen dan najemin opini. Kalo kemaren kita udah ngulik dikit tentang kitab Barzanji dan berbagai macem bentuk perayaan Maulid secara khusus, sekarang secara umum kita bakal nyari tau hukum perayaan  Maulid Nabi itu sendiri. Dengan harapan, semoga pasal demi pasal hukum yang kita pelajari bisa ngasih hikmah buat kehidupan kita. Aamiin …

Emang bener bahwa gak ada perintah langsung bagi umat Islam buat ngerayain Maulid Nabi Muhammad SAW. Gak juga Nabi pernah ngerayain apalagi nyuruh umatnya buat ngerayain hari ultah Beliau. So, dari sinilah timbul perbedaan pendapat di kalangan muslim. Ada yang gak mau ngerayain, lalu nuduh bid’ah karna gak adanya tuntunan langsung dari Nabi SAW. Segala sesuatu yang mengada-ada dan gak ada tuntunan dari nash namanya bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di dalam neraka. Dalilnya:

Kullu bid’atin dlolalatun, wa kullu dlolalatin finnaar.

Pendapat kedua adalah yang ngerasa seneng dan ngerayain Maulid Nabi SAW. Apalagi kalo rangkaian acara diisi ama bakti sosial, pembacaan Qur’an dan sholawat, trus dilanjutin ama pengajian dan doa, yang semuanya adalah amaliah hasanah yang diperintah lewat dalil-dalil umum. Soal gak adanya perintah atau tuntunan langsung, gak berarti setiap amalan dengan sendirinya masuk kategori sesat. Dalam kaidah ushul fiqih, ada kalimat:

At tarku la yadullu alat tahrim.

Ninggalin (sesuatu) gak (mesti) nunjukin keharaman.

Atau pada kalimat lain:

‘Adamul fi’li laisa dalilan bal huwa ‘adamu dalil.

Gak adanya (contoh) perbuatan bukanlah dalil (yang nunjukin larangan), tapi nunjukin (emang) gak adanya dalil.

Karna gak adanya dalil yang ngelarang, maka dipakelah dalil umum. Amaliah yang dilarang adalah yang emang udah ada larangannya secara jelas. Dalam sebuah kaidah:

Segala macem bentuk ibadah itu haram sebelum dateng perintah Allah buat menjalankannya. Sebaliknya, segala macem aktifitas non-ibadah itu mubah (boleh) sebelum dateng perintah Allah yang melarangnya.

So, bisa kita simpulin bahwa amalan yang kita kerjain di dunia itu ada 2 yaitu: Pertama, amalan ibadah kayak sholat, puasa, zakat, haji dll yang semua udah ada aturan dan tuntunannya. Misal kok ada orang yang ngerjain sholat shubuh 3 roka’at atau berangkat haji kok ke Brazilia, nah itu yang haram dan sesat!

Barangsiapa yang ngelakuin suatu amalan yang gak dari ajaran kami, maka amalan itu tertolak. (H.R. Muslim no. 1718)

Kedua, amalan non-ibadah kayak beli mobil, punya gadget terbaru, ngeblog, twitteran, pesbukan dll, itu semua mubah (boleh), ampe ada perintah Allah yang ngelarang dan mengharamkannya.

Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi buat kamu semua. (Q.S. Al-Baqoroh: 29)

Permasalahan jaman sekarang adalah perkara mubah yang gak ada di masa Nabi SAW dan orang seenaknya bilang, “itu bid’ah!” trus nanya, “mana dalilnya?” Oke, sekarang kita ambil sebuah rumus, elo yang belajar fiqih pasti gak asing ama kaidah ini:

Al wasa-il laha hukmul maqoshid.

Bahwa hukum sarana/alat/perantara sama dengan hukum tujuan/maksudnya.

Menurut Syekh ‘Abdurrohman bin Nashr As Sa’idi, perkara mubah bisa diliat dari dzatnya dan wasilah (sarana) pada sesuatu yang diperintah dan dilarang. So, dari situ kita bisa tarik turunannya:


1. Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fa huwa wajib. Perkara wajib yang gak sempurna kalo gak pake sesuatu itu, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Misal, berangkat sekolah hukum asalnya mubah, karna sebagai sarana buat nuntut ilmu (perkara wajib), maka berangkat sekolah hukumnya jadi wajib.

2. Maa laa yatimmul masnun illa bihi fa huwa masnun. Perkara sunah yang kurang sempurna tanpa sarana ini, maka sarana ini hukumnya jadi sunah juga. Misal, karna gak ada dalil yang ngelarang maka Maulid Nabi hukumnya mubah. Maulid Nabi diperingatin sebagai sarana buat nginget-inget Nabi, ngagungin Nabi, baca sholawat (perkara sunah), maka Maulid Nabi hukumnya jadi sunah.

3. Maa yatawaqqoful haromu ‘alaihi fa huwa haromun. Sesuatu yang bisa bikin kita kecemplung pada yang haram, maka sesuatu itu hukumnya haram. Misal, jual beli hukumnya mubah, tapi karna yang diperjualbelikan adalah minuman keras,  maka jual belinya dihukumi haram.

4. Wasa-il makruh makruhatun. Sarana pada suatu hal yang makruh juga dihukumi makruh.

So, mari kita pelajari bentuk turunan di atas! Gitu juga segala aktifitas dunia maya yang lagi kita jalanin saat ini bisa jadi haram dan sia-sia kalo kita jadiin sebagai sarana buat ngegunjing orang, nipu orang dsb. Sebaliknya bisa juga jadi sunah dan ladang pahala kalo kita pake buat dakwah, sharing hal-hal bermanfaat, ngejalin pertemanan dsb. Apalagi aktifitas di dunia nyata, pastinya bakal lebih bermanfaat kalo kita punya wasa-il (sarana) dan maqoshid (tujuan) yang jelas. Kayak salah satu dari maqolat Asy-Syafi’i:

Kalo elo gak disibukin ama hal-hal yang baik, so pasti elo bakal disibukin ama hal yang sia-sia. (Al-Jawabul Kafi: 109. Darul Kutub Al-‘Ilmiyah)


Hendaknya dalam setiap peringatan, kita bisa ngambil hikmah dan teladan dari subyek atau obyek yang diperingatin. Dalam peringatan Maulid Nabi, tentu aja kita bisa belajar gimana akhlaq Nabi SAW. So, gimana pendapat elo?

Happy Blogging ‘n Keep On Fire!
Wassalaam … :)

You Might Also Like

24 komentar

  1. Selamat pagi..
    maulid nabiullah memang sangat kontroversi, dan itu menarik.. memberi bahan berpikir bagi setiap orang yang menggunakan akalnya dalam beragama. saya pribadi setuju dengan pendapat utnuk merayakan maulid...

    dari beberapa pengetahuan awal saya tentang hal ini yang saya yakini, dan alhamdulillah terimakasih atas penjelasannya :)

    salam silaturahmi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih atas perhatiannya, Kak! :)

      Hapus
  2. sing penting akeh jajane.. *komen sing nyeleneh

    BalasHapus
  3. owh sudah mau perayaan maulid nabi ya, wah tak terasa ya. mantap

    BalasHapus
  4. setau ane pernah baca, yang namanya bid'ah itu menjadi kontroversi hehe

    BalasHapus
  5. wah pasti rame nich pada gelar mauludan di mushola dan masjid. Jadi pengen ikutan saya hehe :D

    BalasHapus
  6. Iya, memang kontroversi. Bahkan disebut Bid'ah.
    Desaku termasuk yang merayakan Maulud Nabi dengan meriah. Bahkan sudah 1 tahun ini setiap 3x seminggu diadakan berjanji/berjanjen. Awalnya 2 bulan menjelang maulud tahun lalu, lalu disepakati terus sampai sekuatnya. ternyata.. sampai tahun berganti masih lanjut. Nah, kalau bulan Maulud gini, setiap ba'da Maghrib.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama dong, Bun! Cuma kalo hari-hari biasanya yg ngerayain para ibu ...

      Hapus
  7. mudah2an bukan bid'ah, karena ini selalu diadakan tiap tahun...

    BalasHapus
  8. Tiap perbedaan pandangan emang selalu ada ya mas...
    asalkan kita gak saling ngotot...ngerasa lebih baik dan ga ngebesar besarin nya :)

    BalasHapus
  9. Menurut hemat saya, perbuatan seorang muslim hanya terbagi menjadi 2.
    1: Ibadah dan 2:Muamalah.

    Dalam masalah ibadah ada larangan tegas untuk untuk mengada-ngada dalam beribadah. Termasuk juga tentunya mengikuti orang yang mengada-ngada dalam ibadah (Dalil: Hadits arbain annawawi ke 5: (larangan beribadah yang bid'ah)
    http://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/09/hadits-5-perbuatan-bidah-tertolak/

    HADITS KELIMA

    عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]

    Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

    Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

    Dalam muamalah, ada larangan tegas dari nabi untuk tidak meniru-niru kaum (kafir) lainnya. (Larangan Tasyabuh (meniru-niru kaum kafir)).
    Dalilnya:
    http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/01/takhrij-hadits-barangsiapa-yang.html

    Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
    مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
    “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”

    Tentunya Nabi SAW. tidak maksudkan hal ini dalam hal duniawi yang bermanfaat, seperti kerja pake komputer atau naik haji pake pesawat. Yang dimaksudkan adalah perayaan2 kaum kafir, atau life style mereka yang lambat laun dapat menggiring muslim kepada mengikut kekufuran mereka sedikit demi sedikit.

    Jadi sekarang tinggal kita mau kategorikan ke mana peringatan Maulid ini. Jika dikategorikan ibadah, maka jelas ia termasuk BID'AH.
    Jika dikategorikan muamalah, siapa yang berani berkata jujur bahwa perayaan MAULID ini sama saja dengan perayaan NATALnya Kaum Nasrani?

    Ngomong-ngomong, ulama dan ahli sejarah ternyata tidak sepakat dengan tanggal kelahiran Nabi, ada yang bilang tanggal 12, ada pula yang bilang tanggal 9 rabiul awal. Bahkan ada pula pendapat Nabi dilahirkan bukan di bulan rabiul awal. Tetapi pada umumnya mereka sepakat dengan tanggal meninggalnya nabi yaitu 12 rabiul awal.

    Jadi saya bingung. Maulid ini merayakan kelahiran Nabi, ataukah bersukacita di hari kematiannya Nabi SAW?

    http://www.eramuslim.com/umum/wafat-dan-lahir-nabi-muhammbad-saw.htm#.UtYgsKGLe1E
    http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/terkait-kelahiran-nabi-muhammad-saw.htm
    http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/fakta-sejarah-maulid-nabi-koreksi-tulisan-widianto-noviansah.htm#.UtYh_qGLe1E

    BalasHapus
    Balasan
    1. toh ini juga salah satu argumentasi, kayak yang gue bilang di atas, ada yang menerima ada juga yg menolak. Dan semua balik ke pribadi masing2, elo boleh milih serta jangan bingung! Kalo itu membingungkan, silahkan ditinggalkan! (hadits arba'in)

      Makasih atas referensinya, Sob!

      Hapus
  10. ikut menyimak aja mas, itung itung nambah ilmu..

    BalasHapus
  11. mantap gan :D
    Andrekocak Blog-Gila Lirik Lagu

    BalasHapus
  12. mantap gan :D
    Gila Lirik Lagu

    BalasHapus