Serba-Serbi Perayaan Maulid Nabi

Januari 10, 2014



Assalaamu ‘alaikum, Sobat! Apa kabar? Di tempat gue, menjelang sore ampe malem berasa rame banget. Bacaan kitab Barzanji dan sholawat bersautan dari speaker-speaker masjid dan mushola. Seluruh warga kampung, cowok, cewek, tua, muda bersukacita menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini biasanya berlangsung dari tanggal 1 ampe tanggal 12 Rabi’ul Awal atau yang biasa dikenal dengan bulan Maulud. So, gimana di tempat elo?

Di samping itu, tentu aja masih terngiang di kuping kita tentang kontroversi perayaan Maulid dan pembacaan Barzanji yang dinilai gak ada ajarannya dalam Islam, bid’ah dsb. Gue sih gak su’udzon, kalo gue bilang bahwa sebagian besar orang yang turut hadir dalam majlis Maulid itu gak tau makna bacaan dalam kitab yang mereka baca. Toh, yang penting semangat dan syi’arnya! Sebaliknya, sebagian orang yang tau makna kitab tsb juga jangan sombong lantas ngelarang peringatan Maulid Nabi SAW. Emang, sih kalo kita ngedalemin makna kitab Barzanji ini, ada beberapa kalimat yang ghuluw (berlebihan), kayak pemujian yang terlalu tinggi kepada Nabi dsb. Padahal dalam sebuah hadits, Nabi bersabda bahwa Beliau melarang penghormatan yang berlebihan terhadap dirinya sebagaimana umat Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam (H.R. Bukhori).

Majmu'atul Maulid
kitab barzanji

Kalopun disinyalir bahwa kalimat-kalimat dalam kitab ini berpotensi atau mengandung syirik dan pengkultusan Nabi, itu kan balik ke pribadi masing-masing? Yang penting kita gak saling caci, merendahkan apalagi mengafirkan sodara seiman kita!

Sarjana peneliti Islam dari Jerman, Annemarie Schimmel dalam bukunya, Muhammad Adalah Utusan Allah: Penghormatan Terhadap Nabi SAW Dalam Islam (1991) nerangin bahwa teks asli kitab Barzanji karya Ja’far bin Husain bin Abdul Karim Al-Barzanji ini sebenernya berbentuk prosa. Tapi kemudian para penyair mengolahnya kembali menjadi untaian syair, sebentuk ode buat Sang Nabi. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi 2: ‘Natsar’ yang terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair dengan mengolah bunyi ‘ah’ pada tiap-tiap rima akhirnya. Sementara bagian ‘Nadhom’ terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 syair dengan mengolah huruf ‘nun’ pada rima akhirnya. Semuanya tentang khulashoh (ringkasan) riwayat Nabi SAW, mulai dari saat-saat menjelang Nabi dilahirin ampe masa-masa tugas kenabian.

Majmu'atul Maulid
makhalul qiyam

Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu kerasa banget gimana keterpukauan sang Penyair terhadap sosok dan akhlaq sang Nabi. Misal di bagian Nadhom diungkapin pujaan kepada Nabi, engkau mentari, engkau bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya dsb. Bisa jadi ini adalah salah satu ungkapan yang memicu konspirasi kesyirikan. Sedang kita tau adalah Allah SWT lah cahaya di atas cahaya itu. (Q.S. An-Nuur: 35)

Tapi bahasa sajak yang indah itu seringkali juga terasa lebay. Ada bagian-bagian deskriptif yang terlampau meluap-luap dan imajinatif. Misal di bagian Natsar, kita digambarin ama ‘silsilah Nabi yang laksana untaian mutiara dan setiap binatang hidup milik suku Quraisy ngegosipin kehamilan Siti Aminah pake bahasa Arab yang fasih’. Dan gimanapun juga kita bisa ngeliat teks kayak gini sebagai tutur kata yang lahir dari perspektif seorang penyair. Elo yang jago nulis dan ngerangkai kata-kata pasti ngerti. Mungkin juga elo pernah nulis puisi buat pujaan hati pake bahasa yang gombal dan berpotensi syirik? Misal, oh kekasih, betapa kau adalah belahan hatiku dan aku tak akan bisa hidup tanpamu, sungguh kau adalah nafasku, kau adalah penawar duka … bla … bla … bla …


Sekali lagi gue bilang, mari balik ke pribadi masing-masing! Setiap pembaca punya perspektif yang berbeda dalam mahamin suatu hal. Gue gak bakal ngeharamin sesuatu, karna gue gak punya hak apa-apa, gue bukan ulama, gue bukan MUI. Gue cuma pengen ngungkapin rasa seneng dan bahagia aja atas kelahiran Nabi SAW. Ngutip riwayat, diceritain bahwa setiap hari Senen, siksaan Abu Lahab diremisi ama Allah SWT karna dia pernah ngerasa seneng atas kelahiran Nabi SAW dan merdekain budak perempuan bernama Tsuwaibah yang ngasih kabar itu padanya (H.R. Bukhori).

Sebuah logika berdalil yang gue kira bisa dicerna ama siapa aja. Kalo Abu Lahab yang dilaknat di dalam Q.S. Al-Lahab aja bisa dapet manfaat akibat rasa senengnya dia atas kelahiran Nabi SAW, apalagi kita yang muslim? Ya gak … ya gak? So, ayo dong seneng! Jangan merengut gitu, ah! :)

Pastinya wujud rasa seneng itu bisa dilakuin pake berbagai macem cara. Misalnya kayak di desa Sumbermulyo, kec. Jogoroto, Jombang biasanya diadain perayaan besar dengan bakti sosial, sunatan masal, lomba-lomba, lelang dan pengajian umum. Juga di Bawean dengan perayaan maulud super meriahnya. Kalo di Solo ada yang namanya Sekaten, maka di Jogja ada Grebeg Mulud. Trus di Sidoarjo ada lelang bandeng kawak, di Pekalongan ada Kirab Maulud dsb. Gak ada cara khusus buat gerayain Maulid, tapi secara umum, Maulid Nabi banyak diisi ama pembacaan sholawat dan pengajian.

So, apapun cara dilakuin sebagai wujud rasa gembira kita atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kayak kita yang getol ngelempar puji-pujian buat orang tercinta. Atau bisa berbuat apa aja asal doi senang. Mau pake sholawat, barzanji, bakti sosial, pengajian, atau elo mau di dalem hati aja juga gak masalah. Yakinlah Cuma Allah yang berhak ngasih nilai buat apa aja yang kita kerjain! Yang penting, jangan sampe ada kebencian di antara kita. Allahumma sholli ‘alaa Muhammad!

Happy Blogging ‘n Keep On Fire!
Wassalaam … :)

You Might Also Like

27 komentar

  1. ya seperti biasa aja di kampung saya mah, ngadain muludan dengan nanggap mubaligh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantep! Smoga bisa ngambil manfaat, Kang! ;-)

      Hapus
    2. Menurut hemat saya, perbuatan seorang muslim hanya terbagi menjadi 2.
      1: Ibadah dan 2:Muamalah.

      Dalam masalah ibadah ada larangan tegas untuk untuk mengada-ngada dalam beribadah. Termasuk juga tentunya mengikuti orang yang mengada-ngada dalam ibadah (Dalil: Hadits arbain annawawi ke 5: (larangan beribadah yang bid'ah)
      http://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/09/hadits-5-perbuatan-bidah-tertolak/

      HADITS KELIMA

      عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]

      Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

      Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

      Dalam muamalah, ada larangan tegas dari nabi untuk tidak meniru-niru kaum (kafir) lainnya. (Larangan Tasyabuh (meniru-niru kaum kafir)).
      Dalilnya:
      http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/01/takhrij-hadits-barangsiapa-yang.html

      Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
      مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
      “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”

      Tentunya Nabi SAW. tidak maksudkan hal ini dalam hal duniawi yang bermanfaat, seperti kerja pake komputer atau naik haji pake pesawat. Yang dimaksudkan adalah perayaan2 kaum kafir, atau life style mereka yang lambat laun dapat menggiring muslim kepada mengikut kekufuran mereka sedikit demi sedikit.

      Jadi sekarang tinggal kita mau kategorikan ke mana peringatan Maulid ini. Jika dikategorikan ibadah, maka jelas ia termasuk BID'AH.
      Jika dikategorikan muamalah, siapa yang berani berkata jujur bahwa perayaan MAULID ini sama saja dengan perayaan NATALnya Kaum Nasrani?

      Ngomong-ngomong, ulama dan ahli sejarah ternyata tidak sepakat dengan tanggal kelahiran Nabi, ada yang bilang tanggal 12, ada pula yang bilang tanggal 9 rabiul awal. Bahkan ada pula pendapat Nabi dilahirkan bukan di bulan rabiul awal. Tetapi pada umumnya mereka sepakat dengan tanggal meninggalnya nabi yaitu 12 rabiul awal.

      Jadi saya bingung. Maulid ini merayakan kelahiran Nabi, ataukah bersukacita di hari kematiannya Nabi SAW?

      http://www.eramuslim.com/umum/wafat-dan-lahir-nabi-muhammbad-saw.htm#.UtYgsKGLe1E
      http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/terkait-kelahiran-nabi-muhammad-saw.htm
      http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/fakta-sejarah-maulid-nabi-koreksi-tulisan-widianto-noviansah.htm#.UtYh_qGLe1E

      Hapus
    3. Islam ini ikuti biasanya atau laksanakan yang seharusnya?
      Kalo agama adalah kebiasaan, maka benarlah posisi kaum qurasy sebelum islam dahulu yang mengikuti kebiasaan nenek moyangnya.

      Kalo mo laksanakan yang seharusnya, ikuti quran dan hadits, juga para sahabat Nabi saw. yang tentunya lebih mengerti quran dan hadits dibandingkan kita sekarang.

      Hapus
    4. Islam itu habluminallah wa habluminannas! Mka lakukan yang menurutmu baik, dan tinggalkan yg menurutmu gak baik dan meragukan! :)

      Hapus
  2. yang aku paham, alim (ahli ilmu) lebih baik dari abid (ahli ibadah) karena alim akan beribadah sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, sedangkan abid belum tentu beribadah dengan ilmu.. Maka, menurutku sendiri, bila belum mengerti ilmu tentang perayaan maulid nabi, ya lebih baik tidak usah dilakukakn, kan tidak wajib..

    Perkataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan antara ibadah dan bukan ibadah :

    إنَّ الْأَصْلَ فِي الْعِبَادَاتِ التَّوْقِيفُ فَلَا يُشْرَعُ مِنْهَا إلَّا مَا شَرَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى . وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ } . وَالْعَادَاتُ الْأَصْلُ فِيهَا الْعَفْوُ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهَا إلَّا مَا حَرَّمَهُ وَإِلَّا دَخَلْنَا فِي مَعْنَى قَوْلِهِ : { قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا } وَلِهَذَا ذَمَّ اللَّهُ الْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ شَرَعُوا مِنْ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَحَرَّمُوا مَا لَمْ يُحَرِّمْهُ

    “Hukum asal ibadah adalah tawqifiyah (dilaksanakan jika ada dalil). Ibadah tidaklah diperintahkan sampai ada perintah dari Allah. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy Syura: 21). Sedangkan perkara adat (non-ibadah), hukum asalnya adalah dimaafkan, maka tidaklah ada larangan untuk dilakukan sampai datang dalil larangan. Jika tidak, maka termasuk dalam firman Allah (yang artinya), “Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal” (QS. Yunus: 59). Oleh karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik yang membuat syari’at yang tidak diizinkan oleh Allah dan mengharamkan yang tidak diharamkan. (Majmu’ Al Fatawa, 29: 17).

    Karena maulid adalah ibadah (mengaharapkan pahala), sampai saat ini, belum menemukan dalil yang menunjukkan bolehnya hal tsb, jadi buatku pribadi sih, lebih baik menjauhkan ya.. ^__^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap! Perspektif setiap orang emang beda2, tergantung niat dan tujuannya tentu aja. Kalopun itu meragukan buat Aisy, silahkan ditinggalin ... :-)

      Hapus
  3. Kalo di tempat saya dirayakan dengan berbondong2 membagikan besek mas... jadi lomba besar2an bersodaqoh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Smoga bisa jadi syi'ar Islam yg bagus! Berlomba-lomba dalam kebaikan ... ^_^

      Hapus
  4. ikut yang mana ya ?? huhuhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cup cup cup ... Ikutin kata hati Mimi aja! Oke!? >_<

      Hapus
    2. Ikut kata Quran, Hadits dan para ulama yang mengerti keduanya, donk!.
      Bukan ulama su'u yang menjual keduanya hanya untuk dunia semata.

      Yuk belajar hadits arbain an-nawawi biar lebih mengerti

      http://haditsarbain.wordpress.com/

      Hapus
    3. apa kata hati yang lebih baik daripada kata hati yang bersumber pada Qur'an dan Hadits! Bisakah elo kasih gue bukan referensi dari blog orang aja! coba ijtihad, qoul ulama, qiyas, kitab klasik dsb ... :)

      Hapus
  5. kalo di tempatku biasanya marhabanan mas.
    salam kenal. blogwalking

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, dong! Hehe, salam kenal juga ... :-)

      Hapus
  6. Mauludan di tempat saya selalu ramai dan menyenangkan ... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yups! Begitu juga di tempat gue, hehe ...

      Hapus
  7. wah pasti bakalan rame nich acara maulid nabi nya hmmmm :)

    BalasHapus
  8. Seringnya hampir di tiap daerah..perayaan hari maulid berlangsung ramai n meriah ya mas..
    Kalo di tp saya ...palingan hanya satu hari pas di tgl merahnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip! Yg penting kita tetep bisa ngambil hikmah dari apapun yg kita peringati. ;-)

      Hapus
  9. Pecinta tanggal merah10/1/14 20:04

    libuur... #eh..

    BalasHapus
  10. di tempat saya udahan kang ngerayain maulidnya

    BalasHapus
  11. ambil manfaatnya dari peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam....pasti akan menjadi manusia yg lebih baik....seperti Shalat 5 waktu bila diamalkan dalam berhubungan dg manusia pasti jauh dg nahi munkar ..bukan begitu bro....?

    BalasHapus